Media Korea Utara mengecam sejumlah drama dan film Korea Selatan yang memperlihatkan Korut dalam nuansa buruk dan terlibat dalam "provokasi keji".
Laman Uriminzokkiri tidak menyebutkan secara spesifik judul drama dan film Korsel yang dimaksud, namun tampaknya laman tersebut merujuk serial drama televisi bertajuk Crash Landing on You serta film laga Ashfall.
"Baru-baru ini pihak berwenang Korea Selatan dan para produser film telah merilis drama dan film anti-republik yang memperdaya, dibuat-buat, absurd, dan kotor, mengerahkan segala upaya mereka membuat propaganda strategis," sebut ulasan pada laman media Korut.
'Hinaan tak tertahankan'
Film laga Ashfall mengisahkan Gunung Paektu yang tiba-tiba meletus sehingga menyebabkan gempa bumi dahsyat di berbagai penjuru Semenanjung Korea.
Film itu menceritakan, satu-satunya cara untuk menuntaskan bencana adalah dengan membenamkan bom atom di dalam Gunung Paektu sehingga letusannya menghentikan gempa bumi.
Adapun bom atom itu diperoleh dengan mencuri cadangan senjata nuklir Korut.
Ashfall juga menampilkan adegan runtuhnya sebuah bangunan - yang diasumsikan sebagai gedung markas Partai Pekerja Korea di Pyongyang.
Bagian akhir film memperlihatkan pemerintah Korut dan Korsel bersatu demi memastikan pembangunan kembali Semenanjung Korea.
Ide cerita ini agaknya membuat Pyongyang meradang dan sebagaimana disebut laman Uriminzokkiri, "hinaan yang tak tertahankan".
Gunung Paektu adalah gunung berapi di Korea Utara yang mendapat tempat istimewa pada budaya Korut maupun Korsel.
Khusus bagi Korut, gunung itu dianggap sebagai tempat suci dan bagian dari propaganda yang mengelu-elukan keluarga Kim. Mereka disebut "keturunan Gunung Paektu".
Propaganda Korut mengklaim mendiang pemimpin Kim Jong-il, yang meninggal dunia pada 2011, dilahirkan di dalam sebuah gubuk di gunung itu.
"Disayangkan bahwa pembuat film dan program menghasilkan tayangan yang begitu menghina selain membuang integritas, martabat, dan nurani mereka sebagai seniman serta buta demi uang," sebut artikel media Korut.
Komedi romantis lintas perbatasan
Target kecaman media Korut lainnya adalah serial televisi Crash Landing on You yang menjadi tayangan populer di Korsel.
Serial komedi romantis ini mengisahkan seorang perempuan kaya Korsel yang jatuh di wilayah Korut saat sedang terbang layang.
Upaya penyelamatannya oleh seorang serdadu Korut menimbulkan kisah cinta dengan latar belakang perselisihan Korut-Korsel.
Serial ini mendapat pujian sebagian khalayak Korsel karena diproduksi dengan riset yang baik dan menggambarkan nuansa Korea Utara—sesuatu yang bisa dicapai dengan memperkerjakan seorang pembelot Korut sebagai staf penulis dan konsultan film.
Sebagian lainnya mengkritik serial ini lantaran menggambarkan Korut seolah sebagai negara yang damai dan layak huni. Namun, penonton asal Korut mungkin punya pandangan berbeda.
Korut digambarkan sebagai negara miskin yang penduduknya kerap mengalami ketiadaan pasokan listrik, sementara kaum elite menikmati hidup mewah.
Tulisan editorial Uriminzokkiri mengecam mereka yang "membuat perpecahan tragis Korea sebagai sumber hiburan" sebagai "sampah manusia tanpa nurani".
Lebih jauh, tulisan itu menyebut: "Pemerintah Korea Selatan dan rumah-rumah produksi akan menanggung akibat dari membuat dan mendistribusikan film-film dan tayangan sepert itu, yang penuh manipulasi dan fiksi yang menghina kenyataan situasi cerah di Utara."
Ini bukan pertama kalinya pemerintah dan media Korut tersinggung oleh karya fiksi.
Pada 2014 lalu, Pyongyang berang dengan rumah produksi Sony Pictures yang merilis The Interview—film komedi tentang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Sony Pictures lantas mengalami peretasan komputer. Aksi itu disebut-sebut ulah Korea Utara.
Reportase Taejun Kang dan Krassi Twigg
"drama" - Google Berita
March 05, 2020 at 09:25AM
https://ift.tt/2vEcVBD
Drama Korea: Korea Utara kecam drama dan film Korea Selatan yang ‘menghina’ - BBC Indonesia
"drama" - Google Berita
https://ift.tt/352jDhM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Drama Korea: Korea Utara kecam drama dan film Korea Selatan yang ‘menghina’ - BBC Indonesia"
Post a Comment